Taman Prasasti!


Saya suka sekali dengan yang namanya sejarah. Sejarah membuat kita mengenal darimana kita berasal. Hey, tapi bukan.Bukan sejarah yang nampak membosankan kayak di bangku sekolah. Sejarah yang saya suka adalah sejarah yang bisa membuat kita seolah-olah terlempar oleh mesin waktu; ke masa-masa nenek moyang saya masih ABG. Bisa dari peninggalan, dari informasi yang bercerita, bukan info overload yang mendikte.


Seperti kemarin. Entah angin apa yang membuat saya ingin sekali mengunjungi museum. Museum apa pun itu. sepertinya ini adalah tanda-tanda saya mulai jengah dengan hiburan belanja yang melulu ditawarkan ibukota yang ironis ini. Saya ingin hiburan murah yang sepertinya lebih melegakan.

Akhirnya, setelah ada Rie sebagai temen partner in crime yang setia, kita berdua berpetualang, mencari yang namanya Museum Taman Prasasti. Informasi tentang museum yang sepertinya memiliki konsep berbeda dengan meseum kebanyakan ini, saya dapat dari internet.

Konsepnya vintage. Museum outdoor, bekas pemakaman orang belanda jaman Batavia dulu.

little angel

nisan

Memasuki museum ini, saya dihadapkan pada sebuah realita: tempat ini tidak seluas yang dibayangkan. Ternyata museum ini menempati lahan yang kecil saja, seperti bersusah payah tetap eksis di antara gedung-gedung pencakar langit dan kekumuhan ibukota.

silence

Tapi tempat ini keren. Sesuatu yang baru bagi saya untuk bisa melihat nisan-nisan orang belanda segede gaban..bangunan mirip monumen, dan tentu saja yang paling menarik adalah patung-patung kuno berbentuk malaikat.

Tidak banyak yang saya ketahui tentang siapa yang dikuburkan di sini. Informasi dari blog jalan-jalan banyak membantu saya mengetahui informasi lebih banyak tentang siapa-siapa saja tokoh terkenal yang bermakam di sini. Kebanyakan orang belanda dengan status sosial tertentu, baik dari kalangan militer, pemuka agama, ilmuwan, maupun istri para meneer dengan nama yang susah dibaca. Kabarnya, istri pertama Raffles sampe seorang Soe Hok Gie pun juga dimakamkan di sini.

O iya, jangan salah, semua jenazah udah tidak ada kok. Semua jenazah sudah dipindahkan, baik dikembalikan ke keluarganya di Belanda, maupun dipindahkan ke makam lain. O ya, untuk Gie, belulangnya dikremasi terus ditebar ke lembah Pangraro-Mandalawangi, tempat favoritnya untuk berkontemplasi tentang ketidakadilan dunia.

R.I.P

kereta jenazah

Nggak heran juga, karena keeksotikannya, tempat ini jadi sasaran empuk buat lokasi pemotretan. Entah itu pemotretan profesional pake model yang oh –wow-seksi-so-model-kalender, sampai kita-kita ini, si rakyat jelata. Mau pose sendu sampe girang bisa diaplikasikan di sini.

di tengah pekuburan

bercengkrama

Cukup dengan dua ribu perak kita bisa puas melihat-lihat,menghirup udara bersih,dan tentu saja pikiran jadi tenang.

Sayangnya, seperti di area publik lainnya, tempat ini kurang terjaga kebersihannya. Yang bikin miris lagi adalah banyaknya aksi vandalisme. Coret-coretan tangan orang nggak bertanggung jawab, yang mengatasnamakan cinta: anu love (tanda hati) fulan bertebaran dimana-mana. Cih. WTH. Orang-orang yang menyedihkan.

Overall, jalan-jalan kemarin menyenangkan. =) Bisa menjadi salah satu alternatif tempat untuk menyegarkan pikiran, sekalian belajar. Gampang kok untuk mencapai museum taman prasasti. Cukup naik busway,kemudian turun di halte monas trus jalan kaki 10 menit menyebrang ke arah museum nasional. Kita bisa menyusuri jalan kecil di antara museum gajah dan dekominfo, kemudian menyebrang kali krukut. Kalau bingung, jangan ragu buat tanya orang di jalan.

Yuk menjelajah museum lainnya! =D

Labels: edit post
2 Responses

  1. dave Says:

    Wah asik banget tuh jalan2nya,,,kpn2 pengen kesana berburu foto


Posting Komentar