Resep Pembunuh Bosan

Pembunuh rasa bosan salah satunya adalah dengan membaca. Terdengar pencitraan memang, tapi ini realita. Matikan tipi, hidupkan mp3 player dan mulai bersemedi. Saya adalah orang yang dramatis, jadi sangat menyukai buku-buku penggugah jiwa dan novel melankolis. Ini sangat menyenangkan.

Andai bisa dibawa semuanya, pasti bagasi yang sudah overweight makin kelebihan beban. Jadi saya memutuskan hanya membawa beberapa yang belum sempat terbaca, yang favorit, dan pemberian Emak. Seperti kurang puas, saat ke Medan kemarin pun saya tidak mau ketinggalan kesempatan untuk membeli beberapa buah lagi di Gramed.

dipilih dipilih

Ditemani lagu-lagu kesayangan, membaca buku itu semacam memasuki adegan-adegan sebuah film. Tersenyum simpul ketika yang diceritakan itu so close, dan mengernyit ketika sang penulis bisa menceritakan keliaran pemikirannya yang lain. Mungkin beda ceritanya ketika harus membaca Advance Accounting. Pasti muka saya banyak berkerut.

Yang sedang menjadi favorit saya adalah Kicau Kacau-nya Indra Herlambang. Buku yang cukup membawa inspirasi baru, tentang keseharian, keluarga dan arti sahabat. Seperti melihat dunia dari kacamata Indra; kacamata orang lain.

Membaca itu sebuah kemewahan dan sangat bersifat personal. Kita merdeka dalam menentukan apa kesimpulan yang akan kita ambil dari sebuah tulisan: sepakat atau menolak. Salah satu cara juga untuk melatih diri melihat dunia dari point of view yang berbeda, yang membawa suatu gagasan baru ketika terbangun di pagi hari.

Anyway, lebih baik jangan bertendensi apa-apa sebelum menyelesaikan sebuah buku. Tunggu kejutan-kejutan yang akan muncul, karena itu akan lebih menyenangkan. Seperti yang terjadi di keseharian kita. Jangan pernah menilai seseorang, sebelum kau benar-benar mengenalnya.

Demikian another random things kali ini.


Happy Reading, Everyone! =)

Just love it.


Malam mulai larut. There’s nothing in my mind right now. Hanya tergugu, termangu, pelan-pelan meresapi Fix You yang dinyanyikan Chris Martin dengan lirih. And tears streaming down my face.. Haha.. please, saya tak sedrama itu. Well, sedikit.

I Just..love this song.

==============================================================================

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you



p.s: Thanks, Chris. For your magic words. It makes my chin up for tommorow =)











photo:google

Tante pada Ponakan.


Hey Aruna, kau sudah dua tahun satu bulan sekarang..
Seiring dengan bertambah besarnya badanmu, tak terasa telah banyak waktu yang sudah terbang..


Masih terasa bagaimana pertama kali Aunty menggendong tubuhmu ketika bayi,
begitu kecil dan rapuh..
Betapa innocentnya sehingga membuat setiap hati ingin melindungimu,
dan melihatmu beranjak dewasa.

..

Hey Arun,kemarilah,
Aunty ingin menggandengmu berjalan, seperti sore-sore tempo hari..
Saat Nenek dan Aunty mengajakmu melihat kereta di stasiun dekat rumah
Kaki kaki kecilmu berlari, lalu merentangkan tangan ke arah nenek ketika lelah
...minta digendong



Wajahmu yang berbinar ketika bermain air, bahkan tangismu yang membuat berair hati siapapun yang melihat.
Kau terlahir untuk menjadi biang kebahagiaan.

..

Pasti, ketika Aunty pulang nanti, kau sudah tumbuh lebih besar
Hingga tak sanggup lagi kiranya Aunty untuk menggendongmu
ya, pasti kau juga sudah pandai mengaji dan bernyanyi lucu



Hiduplah dengan baik ya, Keponakanku sayang.
Banyaklah belajar ..
Hadapi dunia ini dengan berani.

Ketika Aunty pulang nanti, nyanyikan lagu-lagu yang biasa Aunty nyanyikan untukmu ya.. =)

Ini Medan,Bung!


Hari masih pagi ketika saya terbangun di kota Medan dengan antusiasme tinggi dan sejuta rencana.

Akhirnya, kesampean juga untuk jalan-jalan ke Medan. Rasanya menyenangkan, bisa sweet escape sejenak dari kesunyian yang absurd khas Rantau. Melihat jalanan kota yang ramai,gedung-gedung, dan manusia. Beruntung, saya mempunyai teman asli orang Medan, jadi saya sangat berterimakasih atas a day city tour keliling kota Medan. Tidak takut tersesat dan tentunya ringan di ongkos. He.

Partner in crime saya hari ini ada 4 orang: Fitri ( si tuan rumah), Nissa,Mas Jo, dan Mbak Lia. Si Jen memisahkan diri karena sepertinya dia punya romansa tersendiri ama kota ini.

...

Satu kata buat Medan: bagus.

Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini adalah kota yang tertata cantik dan sangat kental nuansa multikulturalnya. Saya cukup terkesan, melihat orang India dengan hangat saling sapa dengan orang China, bangunan-bangunan tua pecinan dan melayu saling berdampingan serasi. Hey, they’re living in harmony.

ramai lancar

As I said before, saya suka dengan hal-hal berbau sejarah dan nostalgia, dan jalan-jalan di Medan sepertinya pas banget. Pusat kota ini dipenuhi bangunan-bangunan tua, baik bangunan Cina,belanda, maupun melayu. Siap buat dijelajahi!

tua terawat

Sejarah kota Medan memang terbilang panjang. Berbagai etnis silih berganti menjadikannya sebagai rumah mereka, walau tanah leluhurnya jauh di seberang samudera. Sebut saja, etnis India dan Cina, sepertinya kota ini cukup ramah bagi mereka untuk mencari penghidupan lebih baik. Tapi si tuan rumah melayu pun sepertinya tak kehilangan khasnya, bahasa melayu seperti di film Laskar Pelangi bersahut-sahutan ramai menjadi bahasa pengantar sehari-hari.

...

Bagian terbaik dari perjalanan saya kali ini adalah pengalaman mengunjungi Istana Maimun. Istana ini adalah istana peninggalan kerajaan Deli, dibangun tahun 1888.
the palace

prasasti

sudut maimun

Letaknya yang berada di jantung kota Medan menjadi pemandangan yang menarik perhatian. Rumah panggung yang megah ini tampaknya belum kehilangan keanggunannya. Dengan cat warna kuning yang mendominasi, seakan ingin menegaskan kebanggaan kejayaan masa lampau yang gemilang. Kata orang, arsitektur bangunan ini percampuran gaya melayu,islam,Spanyol,India,Belanda, dll. Intinya, go international. He.

tahta

pilar-pilar

Tidak ingin kehilangan momen, saya ingin total merasakan jadi bagian dari istana tersebut. Dengan membayar 20ribu perak, pesta kostum pun dimulai. Kami dengan pasrah dipakaikan baju warna-warni, plus selendang dan mahkota KW sekian. Kesimpulannya, ribet ya jadi putri, mau maen aja harus pakai baju macam begini. Oh well, sori merusak suasana.

princess hour

salah gaya

bak pangeran kelantan

Acara jalan-jalan juga jangan sampai melalaikan sholat. Kami pun mampir ke Masjid Raya Medan. Yeah, another historical building. Masjid yang arsitekturnya percampuran antara timur tengah, India, dan Eropa ini dibangun pas Kerajaan Deli juga (pengen tahu sejarahnya disini). Asli, masjid ini keren.
yuk sholat!

langit-langit

Kira-kira demikian oleh-oleh sweet escape saya dari Medan. Bau-baunya, di masa mendatang masih bakalan sering ke Medan sih. Akan tetapi,kayak kata Sheryl crow, first cut is the deepest. Pengalaman pertama selalu yang paling berkesan.

Sebenarnya masih ada satu lagi tempat yang ingin saya kunjungi, namanya Tjong A Fie. Semacam museum rumah Cina gitu. Kayaknya bakalan seru. Next time lah, insyallah ke sana.

Nah, sekian dulu ya ceritanya. Ada pantun nih.

Dari kuala simpang menuju medan
Pulangnya beli durian
Kenapa kanda bersedu sedan
Asiknya kita jalan-jalan


dadah =)

have a nice weekend,everyone!

Please,Don't Do..Bla Bla Bla


Dan isi blog saya pun mulai monoton. Melulu tentang kemeranaan, jalan-jalan, atau wisata kuliner. I guess I need (or we need) another topic. #optimis ada yang baca,terus bosen.


Kali ini saya pengen berkicau seputar tindakan impulsif. Menurut artikata.com, impulsive adalah bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati. Ribet. Sederhananya, impulsif itu semacam dorongan untuk melakukan sesuatu secara spontan, tanpa pikir panjang. Bisa karena pengaruh lingkungan dan keadaan, ataupun cuma karena PENGEN.


Contohnya, yang sering dilakukan oleh sebagian besar cewek2 di muka bumi ini : shopping. Kadang kita beli ini dan itu bukan karena kita butuh, tapi bisa karena kalap diskon gede-gedean, belanja sama temen yang shopaholic trus kepengaruh, atau karna belanja sama temen yang suka ngomporin dengan bilang : “mumpung, kapan lagi” trus tanpa babibu tiba-tiba terjadilah transaksi jual beli. As simple as that, in my opinion, impulsive means expensive and brainless.

Ampuni kami, Ya Tuhan.

Well, call me random, tapi entah kenapa impulsif menjadi sebuah kata yang menarik bagi saya beberapa waktu belakangan ini. Sampai akhirnya, tanpa sengaja, saya melihat sebuah foto lama yang memperlihatkan sebuah artikel di majalah yang mbahas tindakan impulsif tersebut. Dari poin-poinnya ternyata emang kata impulsif itu udah identik dengan hal-hal negatif –nggak cuma tentang belanja-


Kemudian pikiran pun menerawang. Betapa seringnya saya melakukan hal-hal yang impulsif. Dan kebanyakan dari itu, diakhiri dengan penyesalan. Jadi inget, sebuah quotes di film Hari untuk Amanda : “ Nggak semua yang kita pengen itu adalah yang kita butuhin.” Please, don’t do impulsive, Me. Maybe you,too.

Kadang sikap oh-so-antagonist ini tanpa kita sadar tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain. Apalagi, di sebuah kondisi atau tempat dimana kita adalah decision maker, ataupun sebagai bagian dari kehidupan orang lain. Sebagai decision maker, sikap impulsif bisa bikin berabe, karna keputusan yang dibuat bakalan nggak “mateng”, bakalan shallow. Begitu juga sebagai bagian dari kehidupan orang lain, sikap impulsif ini bisa bikin orang lain jadi risau, kayak contohnya nelfon orang tua, yang isinya kita ngeluh this and that, tanpa kepikiran kalau dengan tindakan kayak gitu pasti bikin mereka risau.

Anyway,by the name of Yin and Yang, yang kita butuhkan adalah keseimbangan. Dalam bersikap kita nggak bisa hanya mengandalkan insting,rasa ingin, pengaruh kanan-kiri, tapi juga kudu berpikir tentang konsekuensi, prioritas, dan kebutuhan.

Yeah, i know,
postingan ini kesannya jadi kayak bahan kuliah pengembangan diri 3 sks (yang ngantuk cuci muka sonoh!), tapi emang hal ini saya rasain banget. Berbicara atau berpendapat itu mudah, tapi yang paling penting adalah realisasinya. Iya kan?

I AM trying. How about you? =)








photo: google

Pajak Pagi.

Sumpah, di sini kayak kota mati.

Apalagi weekend begini, bagaikan kawasan bebas penghuni. Jalanan lengang, rumah-rumah kayak ditinggal ngungsi sama yang punya. Di sini sangat cocok untuk semedi. Benar-benar sebuah lingkungan yang bikin ansos. Meskipun saya tidak suka keramaian macam kota besar, tapi nampaknya Tuhan terlalu berbaik hati yang mengabulkan do’a dengan menaruh saya di tempat dengan ketenangan absurd seperti ini.


macam kota mati

Ok, saatnya ke luar dari goa. Saatnya mencari keramaian, sebelum saya berubah menjadi petapa.

let's go!

Hari ini saya dan si Jen, teman BPS satu penempatan, membulatkan tekad untuk melihat-lihat pasar, sekalian si jen mau belanja buat keperluan rumah barunya. Pasar di Aceh biasa disebut Pajak. Seperti pasar di sini bernama Pajak Pagi.

Honestly, mau ke pasar rasanya seperti akan melihat peradaban.

Perjalanan ke sana bisa dibilang berliku-liku, seberliku jalanan yang harus ditempuh. Pertama, kita harus berjalan hampir setengah jam untuk nyampe pintu gerbang komplek, karena tidak ada ojek atau tumpangan. Selanjutnya, dari gerbang kita mencari becak untuk mengantar kami ke Pajak Pagi di Kuala Simpang.

Di atas becak motor unik kita bisa menikmati pemandangan. Disebut unik, karena kita berasa naik motor perang jaman dulu, tahu kan? Penumpang duduk di boks sejajar di samping di pengendara? Nah seperti ini bentuknya.

motor perang dunia kedua

becak motor a la Aceh

Dari komplek ke pasar yang jaraknya lumayan jauh tersebut, cukup merogoh uang 10ribu saja.

Sepanjang perjalanan, pohon-pohon sawit bergantian dengan rumah penduduk serta pekuburan cina menjadi sebuah pemandangan yang baru dan menarik bagi saya.

berliku

kuburan cina

Pajak Pagi berbeda dengan pasar pada umumnya. Pasar ini adalah sebuah pemukiman pecinan yang menjadi sentra bisnis. Ruko-ruko tua berderet di jalan yang berblok-blok. Di kiri kanan jalan banyak orang membuka berbagai macam lapak dagangan. Barang yang dijual masing-masing ruko pun beragam, mulai dari kain, kelontong, hingga emas. Suasananya membuat saya seperti terlempar ke masa lalu.

tempo doeloe

pajak pagi

Lapak

dipilih jamnya

duren dimana-mana

Singkatnya, hari ini saya seperti nemenin emak-emak belanja. Si Jen belanjaannya banyak sekali; sprai, jam, kipas angin. Rencananya sih saya pengen cari sepeda, tapi sayang, belum ada yang cocok.

Si Jen kipasan di atas becak

Walhasil, kali ini pulang dengan tangan hampa. Sebenarnya nggak hampa-hampa amat sih, karena bukan barang yang saya dapat, melainkan pengalaman baru yang cukup mengesankan. =D

That’s all folks for today.

Have a nice weekend, everyone. =)

Otentik!


Selamat makaaan....=D

Kali ini saya ingin pamer makanan yang sudah saya coba di bumi Aceh. Kata orang, Aceh adalah surganya pecinta kuliner. Betul saja, baru dua minggu di sini, saya sudah menemukan beberapa menu yang recommended buat dicoba.

dan ini dia! Enjoy..=D

1.Mie aceh depan kantor Bupati Kuala Simpang

Rupanya tempat ini banyak penggemarnya. Terbukti, lumayan lamanya antrean untuk mendapatkan seporsi mie kepiting yang aduhai ini. Otentik. Bumbu karinya dalem banget, dan yang pasti kepitingnya dimasak dalam keadaan fresh. Yumyum..this is it!

mie kepiting sang juara!

2. Soto dan sop sum2 Rantau

Menempati tempat yang tidak terlalu besar, tapi rumah makan ini menghadirkan masakan yang maknyus dan nagih. Saya tidak berlebihan lho. Untuk sotonya, bisa terbilang soto ‘berat’ karena menggunakan unsur santan. Bisa pilih soto ayam atau sapi. Nyam2…=)

si soto berat

Sop Sum2nya juga nggak mau kalah saing. Dengan ukuran tulang sapi yang amboi nian, cocok banget buat makan siang. Beneran bikin kenyang!

sop sumsum-oh-wow-mejik

3. Martabak dan Mie Aceh ( again) di antah berantah

Jadi ceritanya, pas keliling menemani orang BPMigas yang ngidam mie aceh (harus mie aceh banget) kami menemukan tempat ini. Awalnya tempat makan ini tidak masuk list, tapi karena dimana-mana mie aceh udah pada habis (ya kale ngidamnya di atas jam 8 malem) akhirnya tanpa sengaja kita minggir ke tempat ini.

Tempat makan biasa aja sih, tapi ternyata mie acehnya lumayan juga, terutama yang goreng. Selain mie, di sana juga jual martabak. Lumayan juga rasanya.

mie goreng sapi

martabak (ceritanya)

Itu tadi sedikit cerita jalan-jalan kuliner saya di bumi Aceh. Kebanyakan sih ditraktir. Maklum masih cupu. Jadi nggak tau tuh range harganya. Hehe


Anyway, tunggu cerita makan-makan saya yang lain ya, Kawan.


Sekali lagi, selamat makaaaaan.. =D #selamatmakanmbahmu.

Tentang Rindu.


Rindu itu tidak butuh alasan.
Dia hanya kebiasaan yang tidak lagi menjadi kebiasaan.
Terbiasa makan nasi,
maka rindulah pada nasi ketika dia tidak lagi menjadi makanan sehari-hari.


....seperti rinduku saat ini.
Dia tak kenal alasan.

Hanya seperti merasa kehilangan sebuah kebiasaan.