Pajak Pagi.

Sumpah, di sini kayak kota mati.

Apalagi weekend begini, bagaikan kawasan bebas penghuni. Jalanan lengang, rumah-rumah kayak ditinggal ngungsi sama yang punya. Di sini sangat cocok untuk semedi. Benar-benar sebuah lingkungan yang bikin ansos. Meskipun saya tidak suka keramaian macam kota besar, tapi nampaknya Tuhan terlalu berbaik hati yang mengabulkan do’a dengan menaruh saya di tempat dengan ketenangan absurd seperti ini.


macam kota mati

Ok, saatnya ke luar dari goa. Saatnya mencari keramaian, sebelum saya berubah menjadi petapa.

let's go!

Hari ini saya dan si Jen, teman BPS satu penempatan, membulatkan tekad untuk melihat-lihat pasar, sekalian si jen mau belanja buat keperluan rumah barunya. Pasar di Aceh biasa disebut Pajak. Seperti pasar di sini bernama Pajak Pagi.

Honestly, mau ke pasar rasanya seperti akan melihat peradaban.

Perjalanan ke sana bisa dibilang berliku-liku, seberliku jalanan yang harus ditempuh. Pertama, kita harus berjalan hampir setengah jam untuk nyampe pintu gerbang komplek, karena tidak ada ojek atau tumpangan. Selanjutnya, dari gerbang kita mencari becak untuk mengantar kami ke Pajak Pagi di Kuala Simpang.

Di atas becak motor unik kita bisa menikmati pemandangan. Disebut unik, karena kita berasa naik motor perang jaman dulu, tahu kan? Penumpang duduk di boks sejajar di samping di pengendara? Nah seperti ini bentuknya.

motor perang dunia kedua

becak motor a la Aceh

Dari komplek ke pasar yang jaraknya lumayan jauh tersebut, cukup merogoh uang 10ribu saja.

Sepanjang perjalanan, pohon-pohon sawit bergantian dengan rumah penduduk serta pekuburan cina menjadi sebuah pemandangan yang baru dan menarik bagi saya.

berliku

kuburan cina

Pajak Pagi berbeda dengan pasar pada umumnya. Pasar ini adalah sebuah pemukiman pecinan yang menjadi sentra bisnis. Ruko-ruko tua berderet di jalan yang berblok-blok. Di kiri kanan jalan banyak orang membuka berbagai macam lapak dagangan. Barang yang dijual masing-masing ruko pun beragam, mulai dari kain, kelontong, hingga emas. Suasananya membuat saya seperti terlempar ke masa lalu.

tempo doeloe

pajak pagi

Lapak

dipilih jamnya

duren dimana-mana

Singkatnya, hari ini saya seperti nemenin emak-emak belanja. Si Jen belanjaannya banyak sekali; sprai, jam, kipas angin. Rencananya sih saya pengen cari sepeda, tapi sayang, belum ada yang cocok.

Si Jen kipasan di atas becak

Walhasil, kali ini pulang dengan tangan hampa. Sebenarnya nggak hampa-hampa amat sih, karena bukan barang yang saya dapat, melainkan pengalaman baru yang cukup mengesankan. =D

That’s all folks for today.

Have a nice weekend, everyone. =)

Labels: edit post
2 Responses
  1. Anonim Says:

    Dear Dayang,
    just enjoy every moment ya. Aku yakin semua itu pasti bakal jadi cerita yang bisa bikin kamu ber haha-hihi sendiri suatu saat. Semangat ya nyahhhh. miss u.


  2. Anonim Says:

    Buk bikin cerita lagi donk tentang kuala simpang .. trus potonya di banyakin ..


Posting Komentar