Minimum

Apa yang menarik dari sekaten? Jajanan khas? Atau…kerajinan dan pameran kerajinan tradisional?i don’t think so.

Dari awal januari kemarin, alun alun utara yang biasanya sepi senyap di malam hari, seketika ramai karena kehadiran pasar malam atau yang lebih dikenal dengan nama sekaten. Acara rutin tahunan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad Saw. Sejujurnya, saya tak begitu mengetahui secara pasti, kapan acara ini mulai diadakan,tapi yang pasti, dari saya kecil, saya sudah rutin mengunjunginya tiap tahun.

dremolem
poto: rie


Kata orang-orang tua, jaman dulu, sekaten punya romansa tersendiri. Nuansa tradisional dan makna filosofisnya sangat kental terasa, seperti kehadiran penjual jajanan tradisonal yang khas: telur abang atau telur yang diberi pewarna merah dan mainan tradisonal. Akan tetapi sekarang semua telah berubah. Sekaten sekarang tak ubahnya sekedar pasar malam biasa. Sekaten yang dulu telah berubah wajah menjadi penjabaran kepentingan ekonomi dan bisnis sepenuhnya.

Sekarang sekaten hanya menjadi sebuah” pasar” baju dan wahana permainan. Betapa tidak, sepanjang kaki melangkah yang terlihat hanya stand dagangan pakaian dan wahana permainan modern nan canggih yang menurut hemat penulis dipatok dengan tiket yang terlalu mahal. Ambil contoh, wahana nonton lumba-lumba atau perahu karet yang harga tiketnya lebih dari 10rb rupiah. Sebuah paradoks, mengingat tujuan awal sekaten adalah hiburan rakyat yang merakyat dan sarat makna, bukan sekedar ajang penghalalan hedonisme.

Akan tetapi, saya tidak munafik, karena saya juga suka mencoba wahana permainan di sana. Itulah satu-satunya alasan saya pergi ke sekaten. Maklum, di Jogja tidak ada dufan. Saya terobsesi dengan permainan yang bernama dremolem dan ombak banyu. Permainan yang sangat eksotis menurut saya. Dremolem itu seperti London Eye (lebay!). Dari atas, dengan kecepatan perputaran yang memusingkan, kita terpuaskan dengan pemandangan sekaten yang gemerlap dari ketinggian.

bikin mabok?
poto: day

Lain lagi dengan ombak banyu. Permainan ini berputar horizontal dengan “pemutar” manual, yaitu cowok2 yang memutar wahana ini dengan gaya atraktif dan nampak membahayakan. Dikatakan membahayakan karena saat beraksi, tak jarang mereka loncat layaknya orang bermain park cour (bener gag niy nulisnya?) Tapi ini dalam posisi menggerakkan si ombak banyu. Sensasi bermain ini luar biasa. Berputar seperti gasing, dengan satu-satunya pengaman adalah tangan kita sndiri yang berpegangan pada sisi-sisi tempat seharusnya kita bersandar. Dan saat permainan selesai pun, tantangan belum berakhir, karena kita seperti main fear factor, saat menuruni ombak banyu yang jarangnya sekitar 1 meter dengan melompat.wth, but it was fun =)

Dengan standar keamanan yang masih dipertanyakan, dengan rela hati saya mengeluarkan ongkos 5rb rupiah untuk satu jenis permainan. Semua itu atas nama obsesi dan memicu adrenalin. O ya, ada satu lagi wahana permainan yang menjadi bakal calon objek keobsesifan saya: kora-kora ala sekaten. Jangan berpikir kora-kora ini seperti mbahnya kora-kora di dufan sana, karena ukurannya lebih kecil. Selain itu, sensasinya lebih dahsyat karena standar keamanannya yang sangat minimum. Coba saja duduk di deret paling belakang, maka dengan pengaman hanya berupa besi melintang (yang bila diangkat tangan saja sudah bergerak), kita bisa terangkat di udara sampai 45 derajat!bisa dibayangkan kan? Fear factor. Hahaha..

Seperti tahun yang sudah-sudah, sekaten diadakan satu bulan penuh. Itu berarti perhelatan ini akan berakhir di pertengahan bulan februari. Menurutku, sekaten tahun ini sangat ramai dan happening, mungkin bertepatan dengan banyaknya kunjungan wisatawan ke Jogja. Biasa..setiap musim liburan, Jogja tak ubahnya objek wisata besar, karena kota ini adalah kota bernilai seni tinggi dan punya tempat-tempat wisata yang keren-keren. Narsis.

Okay..that’s all folks for today. Have a great day everyone..
Labels: edit post
0 Responses

Posting Komentar