Sad Sad sad


I’m kind of dramaqueen. Cinta sama film-film drama, apalagi drama yang ending-nya menggantung atau sad ending sekalian. Akhir yang menggambang membawa kita ke berbagai kemungkinan. Memberi ruang dan pilihan bagi penontonnya untuk berpikir bagaimana ending yang paling pas untuk mengakhiri suatu kisah cerita. Istilahnya, up to you..

Happy ending tak begitu menarik bagiku. Happy ending tidak selalu realistis, tapi sebaliknya, sad ending adalah realitas. Realitas bahwa dunia ini bukan negeri dongeng. Dan sejauh ini, drama sad ending selalu yang meninggalkan kesan mendalam. Film favoritku biasanya film drama mikir yang ending-nya menggantung atau sad ending, seperti Before sunrise/Before sunset, million dollar baby, 21 grams, dan The departed. Begitu menonton film-film itu, yang tertinggal adalah perasaan yang luar biasa dan ucapan yang spontan meluncur begitu saja:” bisa-bisanya penulisnya membuat cerita seperti itu. Awesome!”


Akan tetapi, sad ending tak selalu kontradikitif dengan happy ending. Kadang yang kita pikir itu akhir yang tragis, tapi apabila kita renungkan kembali, ternyata itu adalah hal terbaik dari sebuah pilihan. Bahkan, tak jarang itu menjadi awal dari pengharapan baru. Ya, sad ending yang happy ending..kira-kira begitu.

Hhhmm….Saya jadi berpikir, sebuah happy ending adalah suatu yang ironis. Sesuatu yang kadang sangat dipaksakan dari suatu keadaan. Kadang sad ending lebih mendekatkan kita pada kenyataan. Daripada happy ending yang menjadi sesuatu yang ironis. Tetapi, sudah selayaknya kita sadar diri sebagai manusia, dimana segala sesuatu ada di daerah abu-abu. Tidak ada situasi yang dikatakan benar-benar bahagia, begitu pula sebaliknya. Selalu muncul trade-off, sebuah dilema.

Labels: , edit post
0 Responses

Posting Komentar