New Inspiring Movie: Julie and Julia


Bon appetit!

Dulu aku bermimpi menjadi penulis. Tapi, seiring perjalanan waktu keinginan itu menjadi tawar. Lalu aku melihat sebuah film berjudul Julie and Julia. Film yang bercerita tentang 2 orang wanita beda jaman yang menemukan kecintaan mereka pada makanan sampai-sampai mendedikasikannya menjadi sebuah buku. Dalam film ini, diceritakan Julie sangat terinspirasi oleh Julia lewat buku yang ditulisnya serta rekaman tua acara masak Julia. Julia seakan menjadikan Julia sebagai teman khayalannya. Betapa tidak, Julia berasal dari abad 20, sedangkan Julie hidup di abad 21, tapi Julie merasa ditemani Julia setiap dia memasak menu demi menu di dapurnya. 2 hal menarik yang bisa kupetik dari film drama yang satu ini yaitu kecintaan dan optimisme.


Aku juga suka sekali pada tokoh Julia. Seorang wanita dari era 1940-an yang kini terkenal sebagai penulis buku masakan Prancis. Ya, mungkin karena berbau Prancis, aku jadi menyukai tokoh ini. Dia adalah seorang istri diplomat. Kebetulan, saat awal pembuatan bukunya,dia sedang mengikuti suaminya bertugas di Prancis. Seperti diceritakan, dia suka sekali makan, terutama masakan Prancis. Awalnya dia tidak bisa masak menu apapun, bahkan merebus telur sekalipun. Akan tetapi dia berkeyakinan, masakan Prancis bisa dimasak oleh wanita AS tanpa butuh kehadiran koki atau juru masak. FYI, saat itu, sebenarnya banyak buku resep masakan Prancis, tapi tentu saja dalam Bahasa Prancis, masih sangat jarang yang berbahasa Inggris dan biasanya masakan Prancis yang enak adalah buatan restoran-restoran mahal. Berangkat dari keyakinan itu dan karena dia merasa tak ada kesibukan berarti dalam menjalani hari-harinya di Prancis selain makan, maka dia memutuskan untuk ikut kursus masak. Dia belajar cepat dan sangat antusias. Akhirnya, dia menjadi mahir memasak masakan Prancis, bahkan dia bisa menciptakan menu-menu baru beserta tips-tipsnya yang sangat jitu.


Yang kusuka dari wanita jangkung satu ini adalah sifatnya yang selalu ceria dan optimis. Kadang keoptimisannya itu dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tapi, dengan dukungan penuh dari suaminya, akhirnya dia bisa menuliskan menu demi menu. Ia juga selalu jujur dengan tulisannya. Maksudnya, dia benar-benar mempraktekkan menu-menunya dan tidak ingin membohongi orang lain dengan seolah-olah mempraktekkan, padahal tidak. Mungkin bila dikaitkan dengan kepenulisan, dalam menulis, kita kudu benar-benar mempunyai dasar sumber dan memahami apa yang kita tulis. *Waw..tambah kagum sama Julia..*O ya, Julia mempunya logat bicara yang lucu, entah aksen daerah mana, yang pasti aku jadi teringat aksen tokoh2 dalam film Harry Potter. Kata-katanya yang khas adalah: Bon Appetitte! Dengan liukan dan penekanan kata yang menggelikan. Julia adalah tokoh paling tulus dan apa adanya yang pernah kulihat. Dia selalu berpikiran positif!I like her and want to read her book, Mastering the Art of French Cooking. Kira-kira dah ada terjemahannya belom ya?


Seperti kata Raditya Dika tentang susahya mencari penerbit. Rupanya Julia juga menemukan kesulitan untuk mendapatkan penerbit. Tapi, sekali lagi, karena keoptimisan dan ketetapan hatinya, akhirnya bukunya diterbitkan juga, bahkan oleh penerbit terkenal.

Aku ingin menulis seperti Julia. Julia memberiku inspirasi, seperti dia menginspirasi Julie. Tapi mungkin aku tidak akan seekstrim Julie yang membuat 524 resep dalam 365 hari. Bagiku, inspirasi itu lebih pada semangat berbagi lewat tulisan. Menulis karena kecintaan kita menulis, bukan karena tekanan dari orang lain. Aku ingin menulis karena rasa cinta dalam melakukannya, setidaknya karyaku membawa kepuasan untukku sendiri.






poto:google


Labels: , edit post
0 Responses

Posting Komentar