Anekdot tentang Jejak Pelangi




Cerita diawali dengan gagasan bahwa kita adalah bidadari.


Lelah menjadi manusia dan berharap segera dipanggil kembali oleh Raja Langit. Iya, kita akan kembali. Berjembatan pelangi yang mengakhiri jejak hujan sebagai jalan pulangnya.

Sungguh, ini hanyalah percakapan biasa saja yang perlahan menjadi serius. Seakan nampak nyata. Andai ini dan itu.

Layaknya legenda, kita ingin segera menemukan selendang kita masing-masing. O iya, punyaku warna hijau. Warna yang menggambarkan satu dari mejikuhibiniu setapak pelangi itu. Ya, dia jalanku.

gerimis bermata sembab


Kemudian seorang dari kita bertanya,”Kenapa kau ingin kembali, Kawan?”

“…aku tak menyangka di dunia ada ujian hidup bernama kkw.” jawab seorang lagi

Kita tertawa berderai, menertawai perbincangan absurd yang benar-benar melegakan ini.


Hey!berarti kita masih harus di bumi, karena selendang kita belum kembali.


Akhirnya, kita berpisah di persimpangan jalan, menuju ke rumah masing-masing.

“Beritahu aku kalau kau menemukannya!” seru seorang dari kita sambil melambaikan tangan.

Yang lain tersenyum mengiyakan. Ketika berjalan, semua termangu dengan obrolan barusan, yang masih bau hujan.



Prabumulih, setelah hujan.

1 Response
  1. Sasmita Dini Says:

    Prabumulih? jadinya OJT disitu yaa.. sukses yaa day :)


Posting Komentar