Tentang Tisu

Kalau ditanya tentang hal kecil apa yang membuat saya merasa dzolim, maka saya akan menjawab dengan percaya diri : pemakaian tisu. Rasanya sangat menyesakkan bila mengingat berapa banyak tisu yang telah saya gunakan, entah untuk ngelap ingus, atau buat ke toilet. What a waste.


Saya pernah membaca sebuah blog tentang go green, bahwasanya dengan memakai tisu kita sudah mendukung yang namanya pemusnahan hutan. *bergidik* tahu kan, tisu itu dibuat dari bubur kayu..kayu artinya pohon, berapa banyak pohon yang kudu ditebang untuk diubah jadi lap ingus dan keperluan toilet? Padahal betapa borosnya dan tidak mikirnya saya kalau pake tisu,sekali pake langsung dibuang, padahal tak jarang dia masih bisa digunakan 2-3 kali lagi..Semoga Tuhan mengampuniku.

Well, tak munafik, saat ini di kosan saya masih tergeletak manis sekotak tisu. Akan tetapi, saya mulai mawas diri, menggunakannya kalau kepepet saja. Kalau tidak mendesak, mending juga saya menggunakan sapu tangan. Sekalian nostalgia kan? Orang dulu mengelap peluhnya dengan sapu tangan,sambil berteduh di bawah pohon rindang. Lha kalau pohonnya hilang,kita akan hanya bisa mengelap keringat, tapi tetap kepanasan, tak ada tempat berteduh.

Bumi sudah tua. Saya masih ingin Aruna –keponakan saya- dan anak-anak saya kelak, masih bisa berteduh di bawah pohon. Maka itu semua bermulai dari saya sendiri. Do change.

Labels: edit post
0 Responses

Posting Komentar